Keinginan untuk mengunyah es batu saat udara panas memang wajar. Rasa sejuk yang diberikannya membantu menyegarkan tubuh. Namun, keinginan untuk es batu menjadi dipertanyakan ketika mereka bertindak obsesif. Parahnya, hal ini terjadi setiap hari dan bahkan berdampak besar pada kehidupan sehari-hari. Untuk menentukan apakah keinginan menggigit es batu itu normal atau tidak, Anda perlu melihat beberapa faktor. Mulai dari intensitas, frekuensi, hingga keadaan yang muncul. Bukan tidak mungkin, mengidam es krim telah dikaitkan dengan masalah kesehatan mental.
Penyebab Terlalu Banyak Makan Es Batu
Salah satu jenis gangguan makan adalah pica, yaitu kebiasaan makan makanan yang tidak bergizi. Faktanya, tidak ada nutrisi dan mereka bisa sama berbahayanya dengan rambut, kertas, pasir, logam dan termasuk es batu.
Lebih khusus lagi, kondisi medis di mana ada keinginan yang berlebihan untuk es batu bahkan selama lebih dari 1 bulan disebut pagophagia. Seringkali penyebab keinginan mengkonsumsi minuman dingin adalah karena kekurangan zat besi, baik dengan maupun tanpa anemia.
Ketika seseorang kekurangan zat besi, lidahnya cenderung membengkak. Menurut sebuah penelitian, 16% orang yang kekurangan zat besi terus-menerus merasakan keinginan untuk minum minuman dingin atau makan es batu. Mengkonsumsi minuman dingin ini dipercaya dapat membuat lidah yang bengkak menjadi lebih nyaman.
Selain itu, karena salah satu gejala kekurangan zat besi adalah tubuh terasa lesu, ada spekulasi lain. Saat tubuh sedang lesu, ada keinginan untuk makan es batu atau minuman dingin agar tetap merasa berenergi.
Diagnosis dan Pengobatan Makan Es Batu
Sepintas, keinginan untuk mengonsumsi es batu secara terus-menerus tidak tampak berbahaya karena merupakan benda yang aman untuk dikonsumsi. Ini tidak seperti melihat orang yang ingin makan pasir atau tanah.
Namun, akan menjadi serius jika kondisi ini terjadi karena gangguan jiwa yang bermasalah. Tak hanya itu, kondisi tersebut juga semakin parah jika seseorang mengonsumsi es batu sebagai pengganti makanan lain. Akibatnya, nutrisi tidak bisa terpenuhi.
Saat merawat pagophagy, dokter memeriksa kekurangan zat besi. Jika tidak, pencarian akan berlanjut untuk indikasi masalah psikologis.
Sedangkan untuk kontrolnya menyesuaikan dengan triggernya. Jika karena kekurangan zat besi, dokter akan memberikan suplemen. Tak hanya itu, diet juga akan fokus mengonsumsi makanan tinggi zat besi seperti ikan dan daging.
Di sisi lain, karena masalah psikologis, pengobatan pagophagy juga akan beradaptasi. Misalnya, jika Anda mengalami depresi, dokter akan mengobatinya dengan antidepresan atau terapi perilaku kognitif.